Dengue, jenis penyakit yang cepat menular disebabkan oleh virus sampai saat ini masih menjadi masalah kesehatan utama dalam masyarakat. Pelaksama Tugas (Plt) Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan (P2P Kemkes) Maxi Rein Rondonuwu mengatakan angka kejadian dengue cenderung selalu meningkat selama kurun 20 tahun terakhir, meskipun angka kematian (case fatality rate) semakin minim.
“Di Indonesia, kasus dengue masih menjadi masalah kesehatan utama dan penyebab utama kasus demam yang merupakan perawatan di rumah sakit,” kata Maxi dalam webinar Strategi Nasional Penanggulangan Dengue 2021-2025, Jumat (30/7/2021).
Maxi mengatakan kasus dengue pertama kali dilaporkan tahun 1968 di Jakarta dan Surabaya, kemudian meningkat pesat selama beberapa dekade dan meluas hampir di seluruh kabupaten/kota di Indonesia.
“Namun, case fatality rate akibat dengue dari waktu ke waktu mengalami penurunan menjadi 1% sejak 2008. Kalau dibandingkan beberapa tahun lalu pernah mencapai lebih dari 40%,” ujarnya.
Maxi mengatakan pemerintah telah menargetkan penurunan angka kematian akibat dengue menjadi 0,5% pada 2025 dari angka tahun 2021 sebesar 0,7%. Sedangkan, proporsi kabupaten/kota dengan incidence rate (IR) dengue ≤ 49/100.000 penduduk ditargetkan menjadi ≥ 90% pada 2025 dari angka tahun 2021 sebesar 75%.
“Ini bukan target sangat ambisius, tapi kita bersama-sama dengan komitmen pemerintah pusat dan daerah berupaya mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan terutama dalam mempercepat penanggulangan dengue,” kata Maxi.
Menurut Maxi, upaya penanggulangan dengue secara umum diharapkan bisa menurunkan beban kesehatan masyarakat akibat dengue. Pemerintah juga telah menetapkan 6 strategi nasional untuk penanggulangan dengue dalam 5 tahun ke depan. Pertama, penguatan manajemen vektor yang efektif, aman, dan berkesinambungan. Kedua, peningkatan akses dan mutu tatalaksana dengue.
Ketiga, penguatan surveilans dengue yang komprehensif serta manajemen kejadian luar biasa (KLB) yang responsif. Keempat, peningkatan partisipasi masyarakat dan institusi yang berkesinambungan. Kelima, penguatan kebijakan manajemen program, kemitraan, dan komitmen pemerintah. Keenam, pengembangan kajian, penelitian, dan inovasi sebagai dasar kebijakan dan manajemen program berbasis bukti.
Maxi menambahkan penanggulangan dengue di masa pandemi Covid-19 harus dilakukan dengan koordinasi lintas sektoral, serta mengedepankan solidaritas. “Covid-19 tidak akan selesai kalau kita bekerja segmented, apalagi hanya mengharapkan pemerintah bekerja sendiri tapi diperlukan dukungan lintas sektor dan masyarakat,” ujarnya (*/cr2)
Sumber: beritasatu.com